Gunung Arjuna #2: Ketemu Kejadian Mistis

21:55 Ilham Firdaus 0 Comments

Ketika itu kami berangkat meninggalkan Pos Pet Bocor. Selepas Pet Bocor, jalurnya lebar dan jelas banget karena jalur berbatu yang disusun sedemikian rupa itu adalah jalan untuk mobil jeep yang mengangkut belerang. Biarpun kami berjalan dalam kondisi langit masih gelap dan juga penerangannya pake semprong, tapi dengan jalan yang jelas banget gitu kami nggak takut nyasar ataupun takut bakal nginjek ranjau darat. #kamitidaktakut

Kami ndaki dengan santai dan sesekali ngobrol nggak jelas. Kadang napas ngos-ngosan kami terdengar, dan kalau sudah begitu kami mengambil break sebentar. Saat lagi asyik nikmati perjalanan, langit mulai terang, tanda matahari akan terbit. Dan bingo! Pas banget kami nemu tempat yang lumayan terbuka untuk menyaksikan matahari terbit. Ajiiib!!

Sunrise Gunung Arjuna
Sunrise

Sambil menyelam, minum air. Sambil lihat sunrise, kami istirahat. Dengan terbitnya matahari, rasanya semangat saya menjadi berapi-api. Nggak sabar untuk lihat sunrise yang pastinya bakal lebih heboh di puncak.

Perjalanan masih dengan trek mobil jeep. Saat kami ber-4 berjalan beriringan, tiba-tiba aja ada suara langkah kaki di belakang. Siapa? Pendaki? Perasaan kami nggak ada tuh pendaki di belakang, kalau pun ada jaraknya pasti jauh. Kami jalan normal-normal aja, nggak cepet nggak juga lambat, tiap break pun paling lama 10 menit. Duh jadi merinding, ada sesosok 'makhluk' yang mengikuti kami. Tapi masa iya muncul saat udah terang gini.

Seketika saja kami disalip oleh 'makhluk' itu. Dia memandang kami, kami pun memandang dia. Kalau di sinetron adegan gini mukanya bakal di zoom in secara bergantian tiap orangnya. Lalu tanpa wajah, eh tanpa ekspresi, dia mengucap “Pamit mas”, kami pun balas berkata “Monggo mas”. Setelah nyalip, dia tiba-tiba saja udah hilang dari pandangan kami. Jangan mikir yang horor-horor. Dia bukan hantu! Emang dia jalannya cepet kok, secara dia udah terbiasa ndaki lewat jalur ini. Yaa, dia adalah penambang belerang di Gunung Welirang.

Jam 7 pagi kami sampai di pos 2, Kop-kopan. Banyak pendaki yang camp dimari, emang lokasinya point of view banget. Tempatnya yang cukup terbuka bikin leluasa untuk lihat Gunung Penanggungan dengan jelas. Lumayan lama kami istirahat, tempatnya emang bikin betah. Agak ke atas dari Kop-kopan sebenernya ada air terjun super mini, tapi saat kami kesitu airnya kering.

Kop-kopan Gunung Arjuna
Di Kop-kopan dengan background Penanggungan

Kop-kopan Gunung Arjuna
Tembok samping Umam itu yang jadi air terjunnya

Abis dari situ, kami say “see you” ke Kop-kopan, kami lanjut ndaki. Trek yang dilalui masih sama, jalurnya jeep. Tapi kali ini kami nemu banyak jalan pintas, karena kalau ngikutin trek jeep mah muter-muter. Karena setelah saya observasi, jalan pintas ini akan menghemat waktu kami, tenaga kami, juga yang paling penting persediaan air kami.

Ada satu momen saat saya lewat jalan pintas itu, saya dikagetkan dengan adanya kuburan. Mana kuburannya nggak cuma satu. Saya nggak tahu itu kuburan pendaki yang tewas di gunung atau bukan. Saya nggak baca tulisan yang ada di batu nisannya. Saya melengos ninggalin tempat itu. #sayatidaktakut

Perjalanan terasa panas banget, medan yang relatif terbuka bikin sinar matahari langsung menyengat tubuh kami. Tapi lama-kelamaan pohon-pohon yang tinggi mulai muncul dan nutupin kami dari sengatan sinar matahari. Itulah salah satu manfaat pohon, meneduhkan jiwa.

Trek jeep Gunung Arjuna
Nanjak terus pantang turun!!

Beberapa jam dilalui, akhirnya kami sampai juga di Pos Pondokan, dan berakhir pula trek jeep. Karena disini lokasi jeep mulai mengangkut belerang dan juga tempat para penambang belerang bermalam. Dan di Pondokan pula titik percabangan untuk ke Puncak Arjuna atau Welirang. Ada juga sumber air, meski ngga sederas di kop-kopan tapi disini ada bak penampung airnya.

Sebentar aja kami di Pondokan, karena Lembah Kidang nggak jauh dari situ. 30 menit melewati jalan yang relatif landai kami tiba di Lembah Kidang. Ada 1 tenda pendaki disitu, kami pun langsung nyari lapak untuk mendirikan tenda, dan yang paling penting makaaan. Karena cacing-cacing di perut saya udah demo terus sepanjang perjalanan. Tenang, kali ini ngga ada atraksi debus lagi dari Idang, semua aman terkendali. Udah pengalaman.

Di Lembah Kidang juga ada mata air. Beda dari pos-pos sebelumnya, disini sumber airnya ngalir dari celah-celah batu gitu. Air yang ngalirnya kecil, ngisi satu botol aja lama. Seabad. Mungkin kalau saat musim hujan bakal deras air yang mengalirnya.

Lembah Kidang Gunung Arjuna
Lagi ngisi air

Gara-gara capek juga kekenyangan mungkin, Faisal sama Idang udah tepar aja di dalam tenda. Saya tidur diluar. Kalau Umam mah lagi ngopi sama pendaki di tenda tetangga. Di Lembah Kidang meskipun hari masih siang jam 3an lah, tapi dinginnya parah. Saat saya intip dalam tenda, Idang tidur sambil menggigil saking dinginnya. Faisal mah pules banget tidurnya, iyalah dia pake sleeping bag kok. Eh saya juga lama-lama kedinginan, langsung aja saya nyari kayu bakar untuk bikin perapian malamnya. Tapi alih-alih nunggu malem, saat itu juga saya bikin perapiannya.

Hangatnyaaa setelah api menyala. Faisal sama Idang saya ajak mendekat ke perapian biar nggak kedinginan. Setelah masalah dingin teratasi, kami tinggal nunggu gelap. Jadwal makan malam dan yang paling ditunggu, molooor.

0 comments: